Feminisme: Masih Pentingkah Dalam Era Globalisasi?
- Michelle Devina
- Aug 15, 2019
- 5 min read
Ratusan tahun yang lalu, perempuan belum memiliki hak untuk mendapatkan pekerjaan yang setara dengan pria dan mereka tidak diberikkan hak untuk mendapatkan suara dalam pemilu. Karena hal ini, banyak perempuan pada zaman itu melakukan demonstrasi terhadapt pemerintah untuk memberikan mereka hak yang sama seperti pria. Karena ini, lahirlah feminisme.
Feminisme adalah sebuah gerakan perempuan yang memperjuangkan emansipasi atau persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria tanpa adanya diskriminasi. Marry Wallstonecraff dalam bukunya "The Right of Woman" pada tahun 1972 mengartikan Feminisme merupakan suatu gerakan emansipasi wanita, gerakan dengan lantang menyuarakan tentang perbaikan kedudukan wanita dan menolak perbedaan derajat antara laki-laki dan wanita. Inti dari feminisme adalah bagaimana perempuan harus memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam mengembangkan diri.
Istilah feminisme dapat digunakan untuk menggambarkan gerakan politik, budaya atau ekonomi yang bertujuan untuk menegakkan persamaan hak dan perlindungan hukum bagi perempuan. Feminisme melibatkan teori dan filosofi politik dan sosiologis yang berkaitan dengan masalah perbedaan gender, serta gerakan yang mengadvokasi kesetaraan gender untuk perempuan dan kampanye untuk hak dan kepentingan perempuan. Meskipun istilah "feminisme" dan "feminis" tidak digunakan secara luas sampai tahun 1970-an, mereka sudah digunakan dalam bahasa publik jauh lebih awal; misalnya, Katherine Hepburn berbicara tentang "gerakan feminis" dalam film Woman of the Year 1942.
Menurut Maggie Humm dan Rebecca Walker, sejarah feminisme dapat dibagi menjadi tiga gelombang. Gelombang feminis pertama terjadi pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, yang kedua pada 1960-an dan 1970-an, dan yang ketiga meluas dari 1990-an hingga saat ini. Teori feminis muncul dari gerakan feminis ini. Ini dimanifestasikan dalam berbagai disiplin ilmu seperti geografi feminis, sejarah feminis dan kritik sastra feminis.
Feminisme telah mengubah perspektif dominan di berbagai bidang dalam masyarakat Barat, mulai dari budaya hingga hukum. Aktivis feminis telah berkampanye untuk hak-hak hukum perempuan (hak kontrak, hak properti, hak suara); untuk hak perempuan atas integritas dan otonomi tubuh, untuk hak-hak aborsi, dan untuk hak-hak reproduksi (termasuk akses ke kontrasepsi dan perawatan kehamilan prenatal yang berkualitas); untuk perlindungan perempuan dan anak perempuan dari kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual dan pemerkosaan, untuk hak-hak di tempat kerja, termasuk cuti hamil dan upah yang setara; menentang kebencian terhadap wanita; dan terhadap bentuk-bentuk lain diskriminasi jender terhadap perempuan.
Selama sebagian besar sejarahnya, sebagian besar gerakan dan teori feminis memiliki pemimpin yang didominasi perempuan kulit putih kelas menengah dari Eropa Barat dan Amerika Utara. Namun, setidaknya sejak pidato Sojourner Truth 1851 kepada para feminis Amerika, wanita dari ras lain telah mengusulkan feminisme alternatif. Tren ini dipercepat pada 1960-an dengan gerakan Hak-Hak Sipil di Amerika Serikat dan runtuhnya kolonialisme Eropa di Afrika, Karibia, bagian dari Amerika Latin dan Asia Tenggara. Sejak saat itu, wanita di bekas jajahan Eropa dan Dunia Ketiga telah mengusulkan feminisme "Pascakolonial" dan "Dunia Ketiga". Beberapa feminis postkolonial, seperti Chandra Talpade Mohanty, kritis terhadap feminisme Barat karena bersifat etnosentris. Feminis kulit hitam, seperti Angela Davis dan Alice Walker, berbagi pandangan ini.
Pada abad ke 21 ini, perempuan sudah mendapatkan hak-hak yang setara dengan pria dan bisa melakukan pekerjaan apapun yang dahulunya hanya diperbolehkan untuk pria. Karena ini, banyak orang akan mengatakan wanita sudah memiliki hak yang sama, tetapi apakah ini bisa dibenarkan?
Sangatlah bagus jika banyak wanita saat ini merasa mereka memiliki kesempatan yang sama dengan pria. Jika bukan karena gerakan feminis masa lalu, siapa yang tahu di mana kita akan berada hari ini. Tetapi kita masih membutuhkan feminisme, dan akan terus membutuhkannya, sampai setiap wanita lain di dunia merasakan hal yang sama.
Kita masih membutuhkan feminisme karena ketika orang menikah maka wanita diasumsikan akan mengambil nama belakang pria itu. Karena ketika wanita dilecehkan, yang akan merasakan malu adalah wanita itu sendiri.
Kita masih membutuhkan feminisme karena kita mengajarkan perempuan cara mencegah pemerkosaan, alih-alih mengajar orang untuk tidak memandang perempuan sebagai objek. Karena wanita diberitahu bahwa berjalan sendirian di malam hari menjadikan mereka “target yang mudah.”
Kita membutuhkan feminisme karena Mutilasi Genital Perempuan, tindakan memotong dan mengembalikan alat kelamin wanita untuk mencegah seks yang menyenangkan - dan dapat terjadi pada anak perempuan yang berusia 5 bulan - masih dipraktikkan di 29 negara. Karena lebih dari 120 negara tidak memiliki undang-undang yang menentang perkosaan dalam perkawinan, dan masih mengizinkan pengantin anak - beberapa di antaranya berusia 6 tahun.
Kami masih membutuhkan feminisme karena tubuh kami masih diundangkan. Kita membutuhkan feminisme karena pembunuhan bayi, tindakan membunuh anak-anak dalam satu tahun kelahiran, dapat dikaitkan dengan jutaan perempuan lebih sedikit daripada laki-laki di negara-negara Timur Tengah, dan karena di Afghanistan perempuan yang kuliah dapat dianggap sebagai alasan yang dapat dibenarkan untuk penghinaan.
Menjadi seorang feminis tidak berarti Anda berpikir wanita tidak dapat berbicara untuk diri mereka sendiri, itu berarti Anda menyadari bahwa, meskipun beberapa orang cukup beruntung, masih banyak yang tidak bisa.
Alasan lain bisa ditemukan di perkantoran. Perempuan masih tidak dibayar secara rata dengan pria dan menghasilkan 75 sen untuk setiap dolar yang dihasilkan pria. Banyak orang percaya bahwa wanita seharusnya tidak memiliki pekerjaan dan hanya memasak dan merawat anak-anak. Sama sekali tidak ada yang salah dengan ini, tetapi masalahnya adalah orang-orang berpikir bahwa hanya itu yang perempuan mampu lakukan. Banyak orang juga berpikir bahwa wanita itu lemah jika mereka tidak dapat memiliki pekerjaan dan mengurus keluarga. Wanita seharusnya sama-sama kompeten dan mampu melakukan pekerjaan seperti halnya pria.
Feminisme sendiri berlaku untuk pria karena memang arti sebenarnya dari gerakan ini adalah untuk memberi hak yang sama kepada pria dan wanita. Jadi dengan gerakan ini kita bisa menghilangkan ekspektasi-ekspektasi bahwa pria harus jantan dan tidak boleh menangis, kalau tidak ia akan dianggap lemah. Sejak usia muda, kita diajarkan bahwa anak laki-laki bermain dengan mobil dan anak perempuan bermain dengan boneka, dan jika anak laki-laki ketahuan bermain dengan boneka atau anak perempuan ingin bermain dengan bola basket dia dianggap sebagai banci dan tomboi. Laki-laki diberi ekspektasi bahwa mereka agresif dan perempuan harus tunduk. Seorang pria memukul seorang wanita berbeda dengan seorang wanita memukul seorang pria. Namun, karena seluruh mentalitas inilah maka persamaan hak tidak bisa dicapai dalam waktu dekat.
Feminisme sendiri sangat dibutuhkan di negara-negara berkembang dengan idelogi yang kadaluwarsa seperti Arab Saudia. Perempuan di Arab Saudi baru boleh menyetir mobil sendiri pada tahun 2018, dimana ini sangat jauh di belakang negara-negara lain. Perempuan di negara-negara serupa juga banyak yang tidak diperbolehkan untuk mendapatkan edukasi di sekolah karena mereka hanya dipandang sebagai calon ibu rumah tangga yang kerjanya hanya memasak dan membersihkan rumah.
Jika saya memberi tahu orang-orang saya seorang feminis saya diejek karenanya. Orang secara otomatis menganggap ini berarti saya membenci pria. Saya terhina karena hanya berbicara dan mengatakan bahwa saya ingin diperlakukan sama seperti para pria. Itu tidak berarti saya hanya merasa murung. Ya, ada beberapa yang membenci pria dan tidak mewakili feminisme dengan baik, tetapi mereka bukan satu-satunya feminis.
Feminisme adalah tentang wanita yang memiliki hak untuk memilih apa yang ingin mereka lakukan. Hak-hak perempuan telah mengalami banyak kemajuan dalam 100 tahun terakhir, tetapi masih banyak yang harus diatasi.
Feminisme masih penting hingga saat ini, meskipun perjuangannya berbeda dari apa yang mereka lakukan di masa lalu. Ada banyak kesalahpahaman tentang apa arti feminisme. Feminisme hari ini hanyalah tentang wanita yang memiliki hak yang sama dan diperlakukan sama untuk pria. Kami para perempuan sudah berjuang sampai di sini, jadi mengapa berhenti sekarang?
Comments